June 3, 2017

Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal

Didunia investasi mempunyai dua alat dalam menganalisis saham, yaitu Analisis fundamental dan analisis Teknikal. Dua alat analisis ini mencerminkan tipe investor. Apakah menjadi investor jangka panjang atau investor jangka pendek (trader). Analisis ini mempunyai karakter yang berbeda beda.

    1.  Analisis Fundamental
Analisis Fundamental
Tipe Investor Jangka Panjang
Lebih melihat ke Pertumbuhan Perusahaan
Melihat laporan keuangan
Menghitung Rasio Keuangan
Mendapatkan keuntungan dari deviden
Biasanya lebih memilih perusahaan yang lebih mapan dan prospek baik untuk masa depan
Jangka waktu kurang lebih 5 tahun keatas

















Investor jangka panjang cenderung lebih menggunakan analisis fundamental. Karena keadaan fundamental yang baik atau bagus sebuah perusahaan, dapat mendorong pertumbuhan perusahaan dan menimbulkan kepercayaan pada investor. Investor jangka panjang menggunakan laporan keuangan untuk melihat pertumbuhan perusahaan tersebut. Setelah melihat kondisi laporan keuangan, menggunakan rasio keuangan juga penting untuk melihat pertumbuhan suatu perusahaan. Dilihat dari rasio ROA, ROE, DPR, PER, EPS, PBV dan rasio lainnya yang dapat kita lihat di rangkuman kinerja perusahaan di www.idx.co.id. Dalam memilih perusahaan, investor jangka panjang biasanya memilih perusahaan yang sudah mapan atau biasanya saham lapis satu dan mempunyai prospek yang baik untuk masa depan. Tak jarang sektor consumer banyak sekali diminati untuk investasi jangka panjang ini.

2. Analisis Teknikal

Analisis Teknikal
Tipe investor jangka pendek (trader)
Lebih melihat ke pergerakan harga saham suatu perusahaan
Mendapatkan keuntungan dari capital gain dan deviden
Biasanya memilih perusahaan yang pergerakannya cepat dalam waktu cepat
jangka waktunya harian, mingguan dan bulanan
Investor jangka pendek biasanya menggunakan analisis teknikal sebagai alat analisisnya. Trader cenderung melihat ke pergerakan harga saham suatu perusahaan.  Pergerakan harga saham bergerak pada pola tertentu (trend). Pola(trend) pergerakan ini mempunyai tiga Trend, yaitu:
           ·    Up Trend = Dimana trend pergerakan harga saham perusahaan sedang mengalami                                      kenaikan.
                                                       Pergerakan Saham UNTR
           ·    Sideway = Dimana pola pergerakan harga saham perusahaan sedang mengalami                                       kestabilan.
                                                       Pergerakan Saham SRIL
           ·   Down Trend =  Dimana pergerakan harga saham suatu perusahaan sedang mengalami                                      penurunan.
                                                     Pergerakan Saham ASRI

     Tak jarang melihat trader lebih banyak mendapatkan keuntungan dari hasil tradingnya. Trader ini mendapatkan keuntungan yang besar dari capital gain (selisih harga jual dengan harga beli) dan deviden.  Dalam jangka waktu yang dapat dibilang cepat biasanya trader mendapatkan keuntungan yang tinggi.
                                                                    Pergerakan Saham BUMI
     Belum menyentuh satu tahun pergerakan saham BUMI ini dapat dibilang cepat. Berawal dari        harga Rp 49 perlembarnya hingga menyentuh harga kurang lebih Rp 500 perlembarnya dalam      hitungan beberapa bulan saja.

Kapitalisasi Pasar

Kapitalisasi pasar merupakan besarnya nilai saham yang beredar, yaitu total lembar saham sebuah perusahaan dikalikan dengan harga per lembar saham.

Kapitalisasi =  total jumlah lembar saham x harga saham

Kapitalisasi menunjukkan besar dan kecilnya suatu perusahaan. Meskipun tidak ada penggolongan secara resmi oleh Bursa Efek Indonesia, berdasarkan kapitalisasinya, saham dapat dibedakan menjadi:
·           Saham blue chips atau saham lapis pertama
·           Saham Lapis kedua
·           Saham lapis ketiga

1.         Saham Lapis Pertama
Perusahaan yang berkapitalisasi besar digolongkan sebagai perusahaan besar, perusahaan papan atas, atau yang sering disebut dengan blu chips. Biasanya, pergerakan harga saham dari perusahaan blue chips ini sangan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan. Sebenarnya tidak ada batasan khusus dari BEI mengenai berapa besar kapitalisasi sebuah perusahaan dapat dikatakan besar, karena BEI tidak mengklasifikasikan secara khusus perusahaan-perusahaan mana yang tergolong blue chips (lapis pertama), second liner (lapis kedua), atau third liner (lapis ketiga). Namun rata-rata perusahaan yang tergolong besar kapitalisasinya mempunyai rata-rata kapitalisasi sekitar Rp 40 Triliyun atau bahkan bisa lebih.
Berikut beberapa perusahaan yang tergolong berkapitalisasi besar :
Kode Saham
Nama Perusahaan
Sektor
ASII
PT ASTRA INTERNATIONAL TBK
Consumer Discretionary
BBCA
PT BANK CENTRAL ASIA TBK
Banking
TLKM
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA PERSERO
Telecomunication
BBRI
PT BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO
Banking
BMRI
PT BANK MANDIRI PERSERO TBK
Banking
PGAS
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA PERSERO
Utilities
SMGR
PT SEMEN INDINESIA PERSERO
Materials
UNVR
PT UNILEVER INDONESIA TBK
Consumer Staples
UNTR
PT UNITED TRACTORS TBK
Insutrials
INTP
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA
Materials
INDF
PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK
Consumer Staples
KLBF
PT KALBE FARMA TBK
Health Care
GGRM
PT GUDANG GARAM TBK
Consumer Staples

Biasanya saham lapis pertama ini mempunyai harga diatas Rp 5000/lembarnya. Tetapi ada juga saham blue chips yang mempunyai harga dibawah Rp 5000/lembar. Karena pergerakan harga yang tidak terlalu vlatif dalam jangka pendek, saham blue chips ini cenderung naik dalam jangka panjang, disertai juga dengan nominal yang cenderung tinggi per lembarnya, saham lapis pertama ini cenderung lebih cocok untuk investasi jangka panjang dari pada untuk investasi jangka pendek atau trading.
2.         Saham Lapis Kedua
Saham lapis kedua, mempunyai karakter yang sedikit berbeda dengan saham lapis pertama. Saham lapis kedua ini cenderung lebih aktif dan mempunyai kapitalisasi yang relatif kecil. Kapitalisasi saham lapis kedua berkisar Rp 4 Milyar ke atas. Karena saham jenis ini cenderung aktif maka lebih sering dimanfaatkan oleh trader untuk trading jangka pendek atau menengah. Saham lapis kedua seringkali berasar dari perusahaan yang sedang bertumbu (growing) dan belum semapan perusahaan lapis pertama.
Berikut merupakan perusahaan lapis kedua:
Kode Saham
Nama Perusahaan
Sektor
LPKR
PT LIPPO KARAWACI TBK
Financials
ADRO
PT ADARO ENERGY TBK
Energy
LPPF
PT MATAHARI DEPARTEMEN STORE
Consumer Discretionary
BMTR
PT GLOBAL MEDIACOM TBK
Consumer Discretionary
EXCL
PT XL AXIATA TBK
Telecomunication
SCMA
PT SURYA CITRA MEDIA TBK
Consumer Discretionary
MNCN
PT MEDIA NUSANTARA CITRA TBK
Consumer Discretionary
BSDE
PT BUMI SERPONG DAMAI
Property
MYRX
PT HANSON INTERNATIONAL TBK
Property
JPFA
PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK
Consumer Staples
LSIP
PT PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK
Agriculture
SUGI
PT SUGIH ENERGY TBK
Energy
ACES
PT ACE HARDWARE INDONESIA TBK
Consumer Discretionary

Biasanya saham lapis kedua memiliki harga perlembar sahamnya berkisar Rp 1000 – Rp 5000. Tetapi ada juga saham lapis kedua yang mempunyai harga diatas rentan harga tersebut. Karena pergerakan harga yang cederung aktif, dan nominal yang tidak terlalu besar per lembarnya, biasanya saham lapis kedua ini banyak dimanfaatkan untuk trading jangka pendek dan menengah.
3.         Saham Lapis Ketiga
Saham lapis ketiga ini adalah jenis saham yang paling aktraktif diantara saham blue chips dan second liner. Kapitalisasinya yang sangat kecil mengakibatkan saham ini mudah sekali digerakan harganya. Saham lapis ketiga ini sering sekali tidur namun tiba-tiba saja volume dan frekuensi transaksi meningkat tinggi. Kadang, saham lapis ketiga ini secara tiba-tiba mengalami kenaikan harga yang signifikan, bisa meningkat puluhan persen sehari. Namun, tidak jarang juga saham lapis ketiga ini turun secara tiba-tiba saja turun puluhan persen sehari.  Banyak trader yang menghasilkan keuntungan dengan spekulasi membeli saham lapis ketiga ini, banyak pula yang telah menjadi korban dari pergerakan saham ini.

Biasanya saham lapis ketiga ini harga perlembarnya termasuk murah, karena harga saham lapis ketiga ini dibawah Rp 1000 bahkan di bawah Rp 500 dengan jumlah saham yang tidak terlalu banyak sehingga mudah digerakkan oleh orang yang berkepentingan, atau sering dikenal dengan “digoreng”. Oleh karena itu, tidak heran saham ini seringkali disebut dengan saham “gorengan”. Hati-hati, jangan berspekulasi dengan saham “gorengan” ini meski keuntungannya memang tinggi. Terlalu banyak “gorengan” bisa berdampak tidak baik pada portofolio.